Bangsa Arab dan Israil mempunyai nenek moyang yang sama, yaitu Nabi Ibrahim. Ibrahim merupakan anak sulung dari tiga bersaudara. Dua saudara kandungnya adalah Nakhur dan Hasan, ayah Nabi Luth. Ibrahim lahir di Babilonia (sekarang Irak). Saat ia lahir, Babilonia diperintah oleh seorang raja bernama Namrud. Ayah Ibrahim, Azhar, termasuk orang yang sangat dicintai raja Namrud karena pandai membuat patung berhala. Patung-patung karyanya disembah oleh para pengikut Raja Namrud. Ibrahim diutus oleh Allah SWT menjadi nabi dan rasul untuk meluruskan perbuatan Raja Namrud dan rakyatnya. Orang pertama yang diajak nabi Ibrahim ke jalan yang benar adalah ayahnya, namun sang ayah tetap ingkar kepada Allah SWT. Ibrahim termasuk salah satu nabi ulul azmi. Kisahnya banyak disebut dalam Al-Qur’an.
MENGHANCURKAN BERHALA
Ibrahim berdakwah kepada kaumnya dengan cara membuktikan bahwa berhala yang mereka sembah tidak bisa melindungi mereka. Ketika rakyat Babilonia merayakan suatu hari besar di luar kota, Ibrahim tidak ikut dengan alasan sakit. Saat kota sudah sunyi, Ibrahim pergi menuju tempat peribadatan kaumnya dengan membawa sebuah kapak besar. Ia menghancurkan semua berhala, kecuali sebuah patung yang paling besar. Ketika kaumnya mengetahui hal itu, Ibrahim ditangkap dan diadili.
DIBAKAR
Karena menghancurkan berhala-berhala, para hakim memutuskan bahwa Ibrahim harus dibakar hidup-hidup. Pelaksanaan hukuman kemudian disiapkan. Ibrahim dibawa ke tanah lapang. Rakyat Babilonia datang berbondong-bondong untuk menyaksikan eksekusi pembakaran Ibrahim. Dengan dibelenggu, Ibrahim dimasukkan ke dalam api. Ketika kayu bakar telah rata menjadi abu, Ibrahim keluar dengan selamat (QS. 21:68-70). Itulah mukjizat yang diberikan Allah kepada Ibrahim sebagai bukti nyata kebenaran dakwahnya.
KA'BAH |
KA’BAH
Allah SWT memerintahkan Nabi Ibrahim untuk mendirikan Ka’bah. Sebenarnya Ka’bah sudah dibangun sebelumnya oleh Nabi Adam, namun rusak akibat banjir pada masa Nabi Nuh. Maka Ibrahim berkata kepada Ismail, “Hai anakku, Allah telah memerintahkan kita untuk mendirikan rumah di tempat yang agak tinggi”. Keduanya lalu membangun dan meninggikan dasar-dasar Ka’bah. Kemudian jadilah bangunan itu nama Rumah Allah atau Baitullah. (Oleh : Abinahumam, Sumber : Dikutip dari buku “Ensiklopedi Islam untuk Pelajar”)